Selasa, 07 Agustus 2012

[FF] Last Chance, Last Love *part 2a*


Okeh, saya kembali lagi dengan FF request dari teman. Mungkin akan terjadi perpanjangan story, jadi ku bagi menjadi 2a,2b, dan After Story *apadah*. Hihihi, mian ne~ aku tidak bisa membuat story yang singkat, karena pada dasarnya aku orangnya suka bercerita *terserahdah*. Oke, lupakan prolog tentang saya barusan, karena aku mau mulai.
Don’t be silent readers, harap RCL yah..kkkk~ :D
No COPAS,No BASHING, No FANWAR, this is just FanFiction and Fiction...fiction.. *nyanyi fiction.nya Beast* plakkk. FF ini sudah aku publish di FB.ku farahyani24@yahoo.com karena ff ini adalah request dari sahabatku.
Yaudah, check it out. Hehehe...



Author : Lee Ji Ae (marga baru nih)
Genre : Sad Romance, Tragedy, Friendship
Length : Chapter (full version)
PG : 17 aja mungkin
Cast :
-          Niecha Luph Heechul as Park Ha Young as You
-          Park Chan Yeol (EXO-K)
-          Lee Hyun Ra (author numpang eksis)
-          Kim Joon Myun aka Suho
-          Tao & Chen (EXO-M)

 
Tampak ha young terduduk lemas di kamarnya, menatap kosong ke luar jendela. Sudah di duganya, hyun ra pasti menyukai chanyeol, entah sejak kapan sahabatnya menyukai namja itu.
Dan entah kenapa, tubuhnya selalu lemas setiap ingin melakukan aktifitas berat. Setelah keluar dari rumah sakit, ha young menjadi sedikit pelupa dan matanya yang normal, menjadi minus setelah di periksakan. Kepalanya juga sering berdenyut sakit jika malam hari, membuat Suho selalu selalu panik dan tak berani meninggalkan ha young sendiri.
Sampai saat ini pun, suho masih merahasiakannya dari ha young. Suho tak tega harus mengatakannya pada yeodongsaeng kesayangannya itu, takut semakin membuat kepalanya memikirkan hal-hal buruk dan menambah sakit.

Saat ha young kembali memikirkan perkataan hyun ra kemarin lusa, kepalanya kembali berdenyut. Ha young mengernyitkan dahinya, menahan sakit yang teraman di kepalanya meskipun hanya sekilas, itu sudah mampu membuat ha young memijat tengkuknya.
Mungkin itu tak seberapa, jika di bandingkan setiap malam ha young harus bermandikan keringat menahan sakit sambil sesekali meneteskan air mata. Suho yang tau keadaan yeodongsaengnya itu hanya mampu ikut meringis tak tega melihat keadaan ha young. Ingin sekali suho memberitahu ha young, tapi suho masih ingin berpikir lagi bagaimana reaksi ha young setelah tahu.
Ha young yang terduduk lemas di lantai, mencoba memejamkan matanya. Entah kenapa rasa kantuknya tiba-tiba datang.

“ Ya Tuhan, apa yang harus ku lakukan? ” ha young berbisik lirih sambil menahan kantuknya, sambil terus memikirkan apakah ia akan membantu hyun ra agar dekat dengan chanyeol, namja pertama yang membuatnya merasakan cinta. Tanpa sadar, satu tetes air mata menetes dari sudut matanya, membasahi pipinya. Perlahan ha young menekuk kedua lututnya dan memeluknya, lalu tertidur.
Suho yang baru saja ingin memanggil ha young mengurungkan niatnya, melihat pintu kamarnya tak tertutup dan yeodongsaengnya terduduk memeluk lutut dan terpejam sambil tetap mengeluarkan air mata. Suho tersenyum pahit dan mulai menyentuh dadanya, sesak melihat adik kesayangannya sakit tanpa ia tahu penyakitnya.

Di dekatinya ha young dan di angkat tubuh lemah ha young perlahan ke atas kasur. Di sampirkannya selimut, di hapusnya sisa air matanya yang masih mengalir, di kecupnya lembut dahi yeodongsaengnya penuh kasih sayang.
“ Mianhae, ha youngie. Oppa jahat, tidak memberitahumu tentang satu hal. Mianhae, jeongmal mian...” tampak seraut wajah sedih dan terluka di wajah suho. Di tatapnya wajah ha young yang tertidur dengan damai, meski sedikit lebih pucat, tapi garis kecantikannya tidak menghilang.
Perlahan suho meninggalkan kamar ha young dalam diam.

***

“ Annyeong. Apakah ha young ada? ” tiba di suatu sore, entah mengapa chanyeol ingin sekali mengunjungi ha young yang sudah jarang mengobrol dan bertemu dengannya. Suho yang tampak bingung untuk beberapa detik menatap kehadiran chanyeol, langsung menganggukkan kepalanya dan mempersilahkan chanyeol masuk.
Di tatapnya rumah ha young yang tampak sepi dan hening. Suho mempersilahkan chanyeol ke halaman belakang rumahnya karena ha young ada di sana sedang menyiram tanaman.
Sesampaiya di taman, tampak ha young sedang duduk di kursi taman sambil memejamkan mata. 

Chanyeol mendekat ragu, apakah ia mengganggunya saat ini? Chanyeol duduk di samping ha young yang masih belum bergerak memberikan reaksi. Dia tidur?pikir chanyeol bingung.
Tapi sesaat kemudian ditatapnya wajah ha young yang putih pucat sedang terpejam, sedikit lebih kurus sejak 3 hari terakhir mereka bertemu. Kening chanyeol berkerut bingung dengan keadaan yeoja di hadapannya itu. Ada apa dengannya?pikir chanyeol lagi.
Di sentuhnya kedua pundak ha young perlahan, tak ada reaksi. Baru saat chanyeol berdeham (yang di karenakan suara beratnya) ha young perlahan membuka matanya dan menatap seseorang di sampingnya...lalu tersenyum kecil.

“ Kapan kau datang? ” tanya ha young pelan. Chanyeol lagi-lagi mengerutkan dahinya, dia tak menyadari kehadiranku?
 “ Aku? Baru saja. Kau tak menyadarinya? ” ha young hanya menggeleng lemah. Chanyeol menghela nafas. “ Jinja? ” ha young lagi-lagi menggeleng tidak tahu kehadirannya.
“ Memangnya ada perlu apa kau kesini, chan? ” chanyeol hanya diam, memikirkan alasan yang tepat.
“ Aku hanya ingin mengunjungimu, ha young~ah. Tidak boleh? ” justru ha young merasa senang chanyeol mau mengunjunginya. “ Aniya, tentu saja boleh. Hanya itu? ” chanyeol tampak berpikir sekali lagi. Ha young tertawa kecil melihat wajah berpikir chanyeol yang sudah jarang ia lihat lagi.

“ Ya, kenapa tertawa? Ada yang lucu? ” chanyeol menggerutu kesal dan mencubit pipi ha young gemas. Deg! Ha young sempat berhenti sekejap. Ha young berpikir, sudah lama chanyeol tidak mencubit pipinya lagi. Biasanya chanyeol hanya mencubit pipi hyun ra. Seketika rasa sakit di dadanya menyeruak perlahan, ha young tersenyum pahit.
“ Mian, apa kau sedang sakit? Wajahmu tampak pucat dan sedikit kurus. Kau sudah makan? ” chanyeol mencoba mengalihkan pandangan ha young yang membuatnya salting. Ha young hanya menggeleng perlahan dan mengaihkan pandangan ke arah lain juga.
“ Belum makan juga? Kalau belum, mau ku bawakan makanan kesini? Nanti ku ambil dari dapurmu. Mungkin oppamu memasak sesuatu. ” lagi-lagi ha young menggeleng pelan.
“ Aku tak mau merepotkanmu, chan. Duduk disini saja, nanti oppa mungkin yang akan mengambilkannya untukku. ”

“ Aku..aku kan juga ingin makan. Kau punya buah apel di kulkas? ” chanyeol menggaruk kepalanya yang tak gatal. Apa yang kau katakan barusan, chanyeol?pikir chanyeol sekali lagi, kali ini dirinya terlihat seperti orang bodoh.
Ha young terdiam sejenak, lalu tertawa kecil. Lagi-lagi chanyeol mencubit pipi ha young gemas. Ha young mulai menyadari, mengapa reaksinya sekarang sedikit lamban? Di tatapna namja berambut keriting disampingnya yang menunduk bingung. Di acak-acaknya pelan rambut keriting chanyeol gemas, meski tampak lemah.
“ Ada, mau ku ambilkan? ” seketika ha young berdiri tanpa menunggu reaksi chanyeol.
“ Ani, tidak usah. Kau tunggu disini saja. Biar aku yang ambil. ” bergegas chanyeol berlari ke dalam dan meminta ijin suho untuk mengambil apel, mencucinya dan bergegas membawanya kembali pada ha young.

Deg! Deg! Tapi yang di dapati di sana adalah, ha young yang berbaring di rerumputan. Ha young pingsan. Segera chanyeol membuang apel yang tad dipegangnya dan berlari menghampiri ha young yang tampak lemas tak berdaya. Bibirnya memutih, matanya terpejam dan tampak seperti panda.
Chanyeol segera membopong ha young dan membawanya ke kamarnya. Suho yang melihat itu panik dan mengambil obat-obatan ha young. Chanyeol yang melihat beberapa obat-obatan di samping ranjang ha young yang di bawa suho tadi, mengernyitkan dahinya bingung (lagi). Kau sakit apa, ha youngie?tanya chanyeol dalam hati.

Sebenarnya, 4 hari setelah dia keluar dari rumah sakit, ha young mulai meminum obat-obat itu. Suho beralasan agar luka di kepalanya cepat mengering dan dapat mencegah sesuatu yang akan terjadi pada kepala adiknya itu. Ha young pun hanya mengangguk setuju, meski dia tidak menyukai obat, tapi demi kesehatannya, ha young rela meminum obat-obat itu.
Suho dan chanyeol keluar dari kamar ha young dan duduk di ruang tamu. Ingin sekali chanyeol menanyakan penyakitnya, tapi urung saa ada telpon masuk. Dari hyun ra.
“ Hmm, yeoboseyo hyun ra. Ada apa? ” suho yang tak sengaja mendengar chanyeol menyebut nama hyun ra pun mengernyit. Ada hubungan apa antara bocah itu dengan hyu ra?pikir suho masih berusaha mencuri dengar pembicaraan chanyeol dan hyun ra di telpon.
“ Sekarang? Hmm, tapi aku masih...” ucapan chanyeol terputus saat hyun ra memotong kata-kata chanyeol.

“ Ini benar-benar penting, chanie~ah! Aku membutuhkanmu sekarang, jebal...” hyun ra menangis memohon kehadiran chanyeol yang tampak berpikir.

“ Baiklah, aku kesana sekarang. ” di tutupnya telpon dari hyun ra dan di alihkannya pandangan pada suho yang sejak tadi memperhatikannya. “ Mianhae, hyung. Aku harus pergi sekarang. Maaf tidak bisa menemani ha young lebih lama. Aku permisi dulu hyung, annyeong...” tanpa menunggu jawaban dari si pemilik rumah, chanyeol bergegas pergi dan langsung menancapkan gas menuju taman dekat rumah hyun ra.

. . .

“ Mana hyun ra? Kenapa tidak kelihatan.. dia pakai baju apa sih? ” cahnyeol mencari-cari sosok hyun ra, tapi tak ia temukan. Taman juga sepi, hanya ada beberapa orang duduk disana. Tapi ada satu yang mengganjal matanya. -Biji kedongdong- *plakkk abaikan*. Ada seorang yeoja memakai mantel hitam dan celana panjang berwarna hitam, memakai kaca mata hitam juga masker rumah sakit. Yeoja itu hanya duduk dan menunduk. Jangan-jangan itu hyun ra? Segera chanyeol berjalan kearah yeoja itu.
“ Hyun ra? Benar ini kau? ” chanyeol berusaha memastikan saat didekatkannya wajahnya pada yeoja itu. Ternyata benar. Hyun ra membuka kaca matanya.
Dan itu sempat membuat chanyeol syok. Ada bekas luka lebam berwarna biru keunguan di daerah pipi *tulang pipi dekat mata*, dan mata hyun ra sedikit membengkak dan menyipit sebelah.

Chanyeol pov
Ku pandangi wajah hyun ra yang tertunduk malu karena aku menatapnya lekat, lebih tepatnya terperangah. Dia belum membuka maskernya. Ku buka perlahan maskernya, hyun ra tak menolak malah menahan tangis. Dan benar saja, sudut bibirnya berdarah dan darahnya sudah membeku, ku sentuh hyun ra meringis. Bibirnya sedikit sobek, seperti habis menghantam sesuatu. Aku syok, marah, kasihan, entahlah, perasaanku bercampur menjadi satu. Mulai dari aku melihat keadaan ha young, di tambah lagi keadaan hyun ra yang tak ku mengerti.

Ku angkat wajahnya yang sudah sembab setelah menangis. Ku tatap hyun ra lekat, tersirat wajah penuh kesedihan di wajahnya. Aku jadi tidak tega. Ku tarik hyun ra masuk ke dalam mobilku dan ku bawa dia ke apartemenku.
Sesampainya di sana, ku obati luka di wajahnya. Hyun ra meringis, tapi hanya itu yang keluar dari mulutnya. Hyun ra tidak berbicara sama sekali, hanya meringis.
“ Mian, sakit sekali ya? Maaf aku bukan dokter ataupun perawat. Kita ke rumah sakit saja, eotthe? ” hyun ra hanya menggeleng. Ingin ku tanyakan padanya, apa yang terjadi padanya. Tapi urung, karena sejak tadi hyun ra tidak berbicara.

“ Lepas mantelmu. Kau tidak kepanasan? Ac apartemenku sedang dalam perbaikan. Aku saja merasa panas. ” ku lihat hyun ra meraatkan mantelnya seperti enggan untuk melepasnya. Dahiku mengernyit lagi, ada apa dengannya?
“ Ya! Kau ini kenapa? Aku tak akan menyentuhmu. Aku hanya menyarankanmu untuk membuka mantelmu, karena disini panas. ” hyun ra menggenggam tanganku, tampak keraguan dan ketakutan di wajahnya. Perlahan di bukanya mantelnya, ku merasa jantungku berdegup kencang. Ku lihat tubuhnya bergetar, dan . . . .


“ SIAPA YANG MELAKUKAN INI PADAMU? Katakan! Siapa? ” emosiku memuncak. Sialan! Siapa yang melakukan ini pada sahabatku? Mataku memanas dan kepalaku rasanya ingin pecah. Ku lihat sirat ketakutan di wajah hyun ra, air matanya menetes. Mungkin baru kali ini hyun ra melihatku murka. Bajunya yang kotor, lengan kanan dan kirinya penuh lebam dan goresan. Lagi-lagi aku melihat darah.

Ku guncang bahunya perlahan, “ Siapa, hyun ra? Katakan padaku. Sekarang. Aku ingin menghajarnya saat ini juga. Siapa yang berani memperlakukan sahabatku seperti ini. ” aku mulai tak tega padanya, air matanya mengucur deras (lagi). Ku peluk tubuh hyun ra yang bergetar menahan tangis. Di dadaku akhirnya hyun ra menumpahkan semua kesedihanny, dadaku terasa basah.
“ Katakan padaku, hyun ra. Jebal...aku..tidak ingin melihatmu terluka seperti ini. Tapi, aku tak akan memaksamu bercerita sekarang. ” ku lihat hyun ra ragu untuk membuka mulut.
“ Ap..appa..yang mmelakukannya. ” seketika mataku terbelaak mendengarnya. Appanya? Mwo? Aku tak salah dengar? Sejak kapan hyun ra bermasalah dengan appanya? Sekalipun masalah, yang ku tahu appa hyun ra tidak perlu sampai menyiksa anaknya seperti ini.
Ku putuskan untuk menemui appa hyun ra. Ku beranjak dari hadapannya dan bergegas keluar dari apartemenku. Tapi ku lihat hyun ra memanggilku dan berusaha menghentikanku.

“ Chanie~yya...jebal...berhetii.. Jangan lakukan apapun pada appa... Mungkin appa melakukan ini ada alasannya. Geuraeyo, jebal, jangan kesana. ” ku berhenti sejenak, menghela nafas berat menahan amarah yang semakin meluap-luap. Mungkin tindakanku ini tidak terlalu penting, dan kekanakan. Aku hanya sahabat hyun ra, mana bisa aku memukul appanya hanya karena masalah pribadi antara mereka? Meskipun aku tak terima sahabatku di perlakukan seperti ini.
Ku tatap hyun ra dalam, berharap menemukan izin untuk menemui appanya. Tapi, hyun ra hanya menangis dan menggenggam tanganku sampai duduk berlutut.
“ Jebal, jangan pergi. Antarkan saja aku ke rumah ha young. ” ku anggukkan kepalaku dan mengantarnya kerumah ha young. Mungkin sementara dia harus menginap di rumah ha young untuk menghindari appanya yang persis seperti iblis.

Sesampainya di rumah ha young, aku cemas jika oppa ha young marah dan berpikir aku yang melakukannya. Ku tekan bel rumahnya, tak ada jawaban. Ku tekan sekali lagi, masih tak ada jawaban. Kemana mereka? Bukankah tadi mereka ada?
“ Apa mereka sedang pergi, chanie~yya? ” aku hanya bisa mengangkat pundakku tak tahu. Saat kami berdua hendak beranjak pergi, tiba-tiba pintu terbuka.
“ Ah, chanyeol. Kenapa kau kembal...li..? ” ku lihat suho hyung melotot menatap hyun ra yang tampak berantakan.
“ Aigoo~! Gwaenchaneyo? Apa yang terjadi padamu, hyun ra~ah? ” ku lihat suho memeluk tubuh hyun ra sebentar dan mengajaknya masuk tanpa mempedulikanku.

Chanyeol pov end

Suho pov
“ Hmm, oppa. Tidak usah repot begini. Aku sudah di obati oleh chanie. ”
Chanie? Chanyeol itu, dia panggil chanie? Dahiku berkerut. Panggilan sayangkah itu? Aku hanya bisa menghela nafas. Cemburu? Mungkin saja aku cemburu pada namja jangkung itu. Tapi, untuk apa aku cemburu pada anak kecil? Aishh..lupakan pemikiran tadi.

“ Hmm, tak apa. Tapi lukamu belum di plester. ” ku keluarkan plester dari kotak obat dan ku tempelkan tepat di dahi juga lengannya. Hyun ra tidak menolak tampaknya sodara-sodara! *plakk abaikan* :D jangan serius2 lah bacanya.
“ Oppa, kenapa chanie tidak kau suruh masuk? Hyun ra mana? ” aigoo~ aku jadi salting begini. 

Bocah itu membuatku jadi tak enak begini di depan hyun ra. Segera ku keluar rumah dan ku dapati si ‘Chanie’ itu merebahkan diri di dalam mobil. Hufh, kupikir dia pulang.
“ Ya! Chanyeol~ssi, masuklah. ” ku lihat dia terbangun dan bergegas masuk.
“ Oppa, dimana ha young? Kenapa aku tak melihatnya sejak tadi? Aku ingin menceritakan sesuatu padanya. ” aku hanya bingung ingin menjawab apa. “ Dia di kamar, sedang tidur. Nanti malam saja kau bertemu dengannya. Dia butuh istirahat. ” ku belai kepalanya lembut, dan ku lirik bocah itu. Tampaknya dia memperhatikan gerak gerikku.

“ Apakah ha young sakit, oppa? Aku ingin melihatnya sebentar. Boleh kan? ” ku tatap hyun ra, matanya tampak memohon. Hufh, baiklah aku kalah dengan mata itu. Ku anggukkan kepalaku dan ku antarkan hyun ra ke kamar ha young di lantai 2 sambil memapah tubuhnya.
“ Tolong jangan buat keributan didalam, ne? ” hyun ra mengangguk, dan segera ku tinggal.
“ Hyung, ada yang ingin ku bicarakan padamu. ” ku tatap chanyeol sebentar, dan ku anggukkan kepalaku. Kemudian kami berdua pergi menuju taman belakang rumah.

Suho Pov end

Author pov
“ Hmm,, annyeong ha youngie.. Kau masih tidurkah? ” hyun ra masuk dan menyapa ha young yang masih tertidur bak ‘ Putri Salju ’ dengan suara sekecil mungkin. Di hampirinya sahabatnya yang tengah tertidur ‘rapi’tak bergerak, dengan wajah memucat dan bibir putih mengering.
Hyun ra mengerutkan dahinya, bingung. “ Kau tidur seperti ini, seperti orang yang sudah mati, ha youngie. ” tampak wajah sedih hyun ra yang khawatir melihat keadaan tidur ha young yang aneh, dan baru ia lihat.

Di sentuhnya wajah ha young yang mengurus dan pucat. “ Kau tampak seperti putri di negri dongeng saja, ha youngie. Adakah pangeran tampan yang akan menolongmu dan membangunkanmu dari tidur panjang ini? ” ha young mulai berkhayal. Di genggamnya tangan ha young, dingin. “ Ha young, kau tampaknya demam. ” ingin sekali dibangunkannya sahabatnya yang sedang tidur itu.
“ baiklah, aku tidak mau menunggumu sampai malam nanti ha youngie. Aku ingin menceritakan ‘bad day’ ku padamu. ” hyun ra menarik nafas terlebih dahulu, menahan sakit.
“ Ha youngie, kau tahu? Appa pulang dari Jepang. Aku senang, akhirnya appa pulang. Saat ku sambut tadi pagi, appa meresponku. Yah, mungkin hari ini adalah hari burukku. Hmm, appa memukulku tanpa sebab. Mungkin saja appa mabuk, entahlah. Appa juga bilang,..aku..tidak berguna, sama seperti eomma. Hiks, apa benar begitu, ha youngie? Apa benar aku tak berguna? Hanya menyusahkan appa. ” ditahannya lagi air matanya, sampai raut wajahnya memerah.

“ Dan lagi, appa memukulku dengan sabuknya, dan memukulku dengan tongkat baseball.. Appa benar-benar membuatku...hiks..terkejut sekali hari ini...” tak bisa di bendung lagi, air mata hyun ra tumpah dan membasahi pipinya. Tubuhnya bergetar hebat saat mengingat kejadian tadi.
Mungkin saat ini rumahnya seperti kapal pecah(?), berantakan, dan darah mungkin dimana-mana. Perlu para readers tau, hyun ra adalah anak yatim, kehilangan eommanya saat umur 10 tahun. Dan ha young, dia yatim piatu. Kehilangan kedua orang tuanya saat berumur 7 tahun dan 9 tahun. Sampai saat ini, yang merawat ha young adalah suho, oppa satu-satunya. Sampai akhirnya ha young bertemu chanyeol. Bertambahlah ‘ Guardian Angel ’ nya.
“ Kau beruntung, ha youngie. Kau masih ada oppamu yang menemani dan merawatmu. Sedangkan aku, anak tunggal. Pantas saja, appa begitu marah dan mengataiku tak berguna. ” senyum getir tersungging di bibir hyun ra.

“ Aku harus..bagaimana, ha youngie jika bertemu appa dirumah? Izinkan aku menginap disini. ” lagi-lagi tak ada jawaban dari ha young, dia tetap tertidur dengan tenangnya.
Di edarkan pandangan keseluruh kamar ha young, rapi dan bersih. Warna dinding lembut dan menenangkan jiwa. Tapi, ada satu yang mengganggu pemandangan. Obat. Tumpukan obat yang terletak di keranjang kecil di meja belajarnya, dan di samping frame foto menunjukkan wajah bahagia ketiganya. Foto Hyun ra dengan baju merah yang tampak feminin, chanyeol yang memakan eskrim sambil di rangkul oleh 2 yeoja yang saat ini telah sama-sama, menyukai dirinya. Dan foto ha young yang tampak terkesan sederhana hanya tersenyum hangat.

Tok..tok..tok..

Hyun ra menoleh ke arah pintu, ternyata ada suho disana. Suho segera menghampiri ha young dan memeriksa keadaannya. Hyun ra penasaran, akhirnya di hampirinya ha young yang masih terbaring dan suho yang tertunduk lemas di samping ha young. Hyun ra memiringkan kepalanya bingung.
“ Oppa, waeyo? Sebenarnya, ha young sakit apa, oppa? Parah? Ku lihat obatnya banyak dan bertumpuk di atas meja. ” suho hanya menatap hyun ra, ada tatapan sedih disana. “ Hanya sakit biasa hyun ra. Mungkin ini efek waktu dia terjatuh. ” sebenarnya, ha young terjatuh karena merasakan sakit di kepalanya. Hanya suho yang tahu tetang perihal penyakit ha young. Tampak ha young membuka matanya perlahan, di kerjab-kerjabkan matanya perlahan menunggu setengah nyawanya menyatu kembali dengan tubuhnya (?).

“ Oppa, hyun ra, mwoya? Kenapa kalian berdua berkumpul di kamarku? ” suho dan hyun ra menatap ha young bersamaan, membuat ha young tampak bingung.
“ Kau tadi pingsan, ha youngie. Chanyeol membopongmu kemari. Sudah 5 jam kau pingsan. Entah pingsan atau tidur. ” suho menjelaskan sambil di acak-acak rambut yeodongsaengnya yang masih terpaku, mencoba mengingat kejadian terakhir kali. Nihil, ha young lupa dan tak ingat jika ada chanyeol mengunjunginya.
Dirasa wajah ha young yang tampak bingung, suho segera merangkul tubuh ha young dan mengajaknya ke dapur. “ Ha youngie, kau pasti lapar. ” hyun ra yang merasa lapar, ingin segera turun menuju dapur sambil menggandeng lengan ha young.

Sesampainya di dapur, tampak chanyeol sudah mulai makan. Ha young tampak memperhatikan penampilan hyun ra yang berantakan, dahinya mengernyit. “ Kau kenapa, hyun ra? Kau jatuh? ” hyun ra yang di tanya hanya mampu tersenyum gugup. Bingung akan menjawab apa. Lalu di alihkan pandangannya pada chanyeol. Tepat saat ha young menatap chanyeol, chanyeol pun menatapnya, karena dia ada di seberang meja dan berhadapan dengannya langsung. Tampak sirat khawatir di wajahnya. ‘ Apa wajahku masih terlihat pucat? Sampai-sampai chanyeol menatapku seperti itu. ’ pikir ha young bingung sambil tetap menatap chanyeol.

“ Mari makann... ” suho, hyun ra dan ha young secara serentak mengucapkannya. “ Hyun ra, kau tadi belum menjawab pertanyaanku kan? Waeyo? Wajah dan lenganmu penuh luka. Sudah kau obati? ” hyun ra hanya mengangguk pelan. “ Kau belum menjelaskan padaku perihal kejadian itu. Sekarang, jelaskan secara rinci. ” kata chanyeol sambil tetap menyantap makanannya. Hyun ra menarik nafas, dan mulai bercerita. Suasana memanas, suho, chanyeol dan ha young terpaku. Tampak secercah emosi di wajah kedua namja itu, dan ha young memperhatikannya.

“ Untunglah, ada chanie disana yang mau mengobatiku. Untuk pertama kalinya, ku melihat chanie marah dan ingin menemui appaku. Keren sekali.. Gomawo chanie~yya. ” ha young melihatnya. Hyun ra mencubit pipi chanyeol gemas dan . . .seketika tubuh ha young membeku. Hyun ra merangkul lengan chanyeol...yang seketika membuat hati ha young bergejolak, ingin sekali marah. Entah kenapa kata-kata yang sama sekali tak terpikir oleh ha young membuat 3 manusia di dekatnya syok.

“ YA!! Ini waktunya makan, bukan waktunya bermesraan. Isshh! ” ha young segera beranjak meninggalkan ruang makan. Suho terperangah sekali lagi, lalu mengejar ha young. Hyun ra dan chanyeol masih terdiam dan bertatapan. Segera chanyeol bangkit dan menghampiri suho dan ha young. Langkah chanyeol melambat saat suho masuk ke dalam kamar ha young dan menenangkannya. Terdengar berbagai macam kata penuh emosi dari ha young, yang selama ini chanyeol tau, ha young adalah yeoja yang lembut dan tidak pernah marah-marah ataupun membentak.
“ Ha youngie, waeyo? Ada apa denganmu? Kau tidak seharusnya membentak saat sedang makan. Hyun ra...hanya berterima kasih pada chanyeol, itu saja. ” suho tampak ragu dengan argumennya sendiri. Padahal suho juga merasa cemburu. Ha young yang masih emosi, entah mengapa ha young ingin sekali memarah-marahi siapa saja.

Masih dengan wajah penuh emosi, ha young tak segan-segan membentak oppanya. “ Hanya? HANYA? Oppa bilang itu Hanya? Oppa, aku tahu oppa cemburu kan? Oppa cemburu melihat chanyeol dan hyun ra seperti itu? Oppa menyukai hyun ra kan? Oppa berusaha menutupi perasaan kesal oppa dengan cara mengejarku sampai kekamar kan? Oppa marah kan melihat kedekatan hyun ra dan chanyeol? Iya kan? Aku juga sama kesalnya sepertimu, oppa! Aku...tidak ingin ada orang yang mengganggu mood makanku. ” ha young berusaha mengganti alasannya, agar tidak ada orang yang tahu tentang perasaannya pada chanyeol.

Suho menarik nafas dalam, dan mulai menyanggupi perkataan yeodongsaengnya. “ Ne. Kau benar. Aku memang menyukai hyun ra dan aku cemburu, sejak kau sering membawanya kerumah. Tapi, seharusnya kau tidak seperti itu, ha youngie. Kau seharusnya menahan diri...untuk tidak seperti itu. ” lagi-lagi suho ragu dengan argumennya. Chanyeol yang masih berada di depan kamar ha young terdiam terpaku, mengetahui kenyataan bahwa suho menyukai hyun ra. Ada rasa penyesalan dalam diri chanyeol, dia tertunduk dan mulai menjauh dari kamar ha young. Berniat ingin menunggu dan meminta maaf pada suho, tapi urung karena saat itu hyun ra lenyap. ‘ Sepertinya, hyun ra mendengar semuanya. ’ segera chanyeol pergi mencari hyun ra.

“ Oppa, seharusnya kau lebih berani mendekati hyun ra. Oppa mau, hyun ra tidak akan berpaling dari chanyeol dan hanya menatap oppa seperti kakaknya sendiri? ” tak terasa air mata ha young mengalir. Sempat terlintas di pikiran ha young, bahwa hyun ra harus bersama dengan oppanya, meskipun itu sangat egois, tapi itu demi persahabatan antara dirinya, hyun ra, dan chanyeol.
“ Ha youngie, mian. Oppa tidak seberani yang kau pikirkan. Oppa ragu, karena oppa takut hyun ra tidak menyukai oppa. Uljimma..berhentilah, ha youngie.” Di peluknya yeodongsaeng kesayangannya. Suho tahu, adiknya ini ingin oppanya bahagia. Padahal dirinya sendiri tidak bahagia..hanya bisa menahan sakit.

Dalam sekejap, ha young merasakan sakit di kepalanya. Sakit yang benar-benar menyiksa. “ Aaaaaaahhh...sakit sekkaliii oppa...hhmmpp..” Ha young menjerit dalam pelukan suho, menahan sakit sekuat tenaga. Keringat bercucuran, wajah ha young semakin pucat. Suho mulai panik akan gejala yang di timbulkan lagi oleh kepala ha young, mengingat ha young selalu berpikir keras. Suho berusaha memeluk ha young erat, menenangkan ha young, berusaha menghilangkan rasa sakitnya. Suho mulai menangis tak tahan mendengar jerit kesakitan ha young yang sambil mencoba emukul kepalanya sendiri.

“ Ha young, berhenti memukul kepalamu sendiri! Kau tau, itu akan semakin berdampak buruk. Berhentilah memukul..” ha young tetap bersikeras memukul kepalanya, agar sakit dan nyeri iu berhenti. “ Hiks...sakit oppa...sakittt... Katakan, oppa...hiks...hmmpff...ada apa denganku? Aku...aku sakit apa, oppp...paaa...hmpff..” sekuat tenaga ha young menahan sakit yang semakin berdenyut.
Suho mematung, tak menyangka adiknya akan bertanya juga tentang hal itu. Suho menarik nafas dalam-dalam. “ Dokter bilang, ada tumor ganas di otakmu, ha young~ah. Mianhae, oppa tak memberitahumu. Hiks, oppa takut kau akan terus memikirkan penyakitmu jika aku memberitahumu. ” ha young terpaku, tak percaya. Air matanya kembali mengalir mendengar pengakuan oppanya. “ Hanya menunggu waktu...” suho semakin mempererat pelukannya, tidak ingin kehilangan ha young, satu-satunya harta yang paling di sayangi dan di milikinya di dunia.
“ Oppa,.jika benar begitu, jebal....rahasiakan ini dari orang lain. ” ha young berusaha tersenyum, padahal hatinya menjerit. Belum lama ia bertemu chanyeol, mengapa harus secepat ini tuhan memisahkan keduanya. Suho mengangguk, dan mencium puncak kepala ha young, dan membiarkan ha young tertidur dalam pelukannya.

TBC => RCL Pleasee.. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar