Annyeong... Akhirnya aku melanjutkan hutangku yang tertunda. Dan lamaaaaa sekali aku tidak mengutak atik blogku ini. Sibuk? Pasti. Sibuk dengan kuliah dan tugas :). Jadi readers mohon mengertilah admin ehehe.
Oke kembali lagi ke topik tentang FF.ku yang sudah lama tidak lanjut. Readers dan Chagiya-ku masih inget gak yah story sebelumnyaaa??? Oke, klo blum inget,
aq review sajaa... Oke, check this out.
Back to part 2a :
- Ha Young akhirnya mengetahui perasaan Hyun Ra terhadap Chanyeol, sahabat mereka berdua.
- Suho masih merahasiakan penyakit ha young.
- Hyun Ra di siksa oleh appanya, dan chanyeol menolongnya.
- Suho mulai cemburu dengan kehadiran chanyeol yang selalu berada di samping hyun ra.
- Chanyeol akhirnya mengetahui kenyataan bahwa suho menyukai hyun ra, dan hyun ra pergi entah kemana.
- Ha young benar-benar terganggu dengan keadaannya yang
mudah sekali marah dan emosi. Ha young frustasi dengan keadaannya
ditambah lagi dengan kenyataan bahwa hyun ra dan dirinya sama-sama
menyuakai namja yang sama.
- Suho memberitahu penyakit yang di derita ha young, sama persis dengan penyebab kematian ibu mereka.
- Ha young meminta suho untuk tidak memberitahu siapun.
Lanjuttt....
Don’t be silent readers, harap RCL yah..kkkk~ :D
No COPAS,No BASHING, No FANWAR. Yaudah, check it out. . . .
Author : Lee Ji Ae (marga baru nih)
Genre : Sad Romance, Tragedy, Friendship
Length : Chapter (full version)
PG : 17 aja mungkin
Cast :
- Niecha Luph Heechul as Park Ha Young
- Park Chan Yeol (EXO-K)
- Lee Hyun Ra (author numpang eksis)
- Kim Joon Myun aka Suho
- Other Cast You'll Find it.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[Backsound SHINee – Quasimodo]
Ha young memeluk lututnya tak bergeming, menatap lurus-lurus ke arah
frame foto, tatapan nanar, sorot kesedihan. Ha young yakin, apa yang di
katakan oppanya adalah kenyataan. Tapi di sisi lain, ha young mulai
semakin percaya setelah di cocokkan dengan apa yang di alaminya
akhir-akhir ini. Ingatannya mulai perlahan memburuk, mudah sekali pusing
dan nyeri, mudah sekali sensitif, penglihatannya mulai berkurang,
sering merasa lelah dan cepat mengantuk, juga indra perasanya mulai
memburuk.
Menangispun tidak akan mampu mengembalikan keadaan. Ha young sekuat
tenaga menahan tangisnya, karena itu akan semakin memperburuk dan
semakin menambah sakit di kepalanya. Tumor atau kanker, atau apalah itu,
ha young sama sekali tak pernah membayangkan hal itu bisa terjadi
padanya. Tapi, eomma dulu meninggal karena hal itu. Oppa menceritakan
padaku, tentang penyakit eomma dan penyebab kematiannya. Ha young
terpaku dan menatap kosong frame foto itu, wajah bahagia, persahabatan
mereka bertiga, mengapa seperti ini?
“ Wae? Kenapa aku harus menyukai sahabatku sendiri? Kenapa benang
merah itu harus mengikatku? Kenapa aku harus merasakan hal ini? ” di
tekannya dadanya yang mulai terasa sesak, air matanya menetes. Ha young
berpikir, lagi-lagi berpikir keras, mencari cara agar di buangnya
jauh-jauh perasaan itu. Dan, kepalanya lagi-lagi berdenyut, menyakitkan.
Ha young menahan rasa sakit di kepalanya, air matanya mengalir lagi.
Ha young berusaha bangkit dan meraih botol obat penghilang rasa sakit.
Di ambilnya 2 butir obat, perasaan ragu dan takut karena baru kali ini
dia meminum obatnya sendiri yang biasanya dibantu oppanya. Ha young
takut akan obat. Tapi, kepalanya kembali berdenyut tanpa berkompromi
dengannya, lalu di telannya 2 kapsul itu dan di teguknya air, berusaha
menelan kapsul tersebut, menahan agar tidak muntah. Merasa cukup tenang
dan rasa sakitnya perlahan menghilang, ha young pun tertidur tanpa
memikirkan apapun.
***
“ Ha young? Kau...sudah benar-benar sehat? ” chanyeol menghampiri ha
young yang baru saja sampai di kampus. ‘ Tentu saja, kau tak tahu
apapun, chan. ’ pikir ha young sambil menatap chanyeol yang tinggi
menjulang di hadapannya. Tampak wajah polos nan lucu di tunjukkan di
wajahnya, ha young tersenyum miris. ‘ Aku akan benar-benar merindukan
tatapan polosmu, chanie. ’ ha young berusaha tersenyum seolah baik-baik
saja.
“ Gwaenchana, chanie. Nae gwaenchanaeyo. Tidak usah menampilkan wajah
bodoh seperti itu! ” chanyeol yang merasa sedikit dibentak, memanyunkan
bibirnya. Di cubitnya pipi chanyeol, dan si empunya pipi pun menangkap
tangan ha young.
“ Mau sampai kapan kau menyembunyikan wajah sakitmu itu? Kau sakit
kan? Tanganmu dingin, ku antar kau ke kelasmu. ” omo! Chanyeol tahu
tentang kankerku? Pikiran ha young mulai berkecamuk, takut jika orang
lain tahu.
“ Nah, jika kau butuh aku, call me! Arasso? Oppamu yang memintaku
menjagamu. Jadi jangan membantah, jangan memarahiku seperti di dapur
waktu itu. ” chanyeol tampaknya masih mengingat kejadian di dapur. ‘ Oh
ya, hyun ra dimana? Kenapa ia tak melihatnya? Atau, dia di pukul lagi
oleh appanya? Bukankah dia mau menginap dirumahku? ’ pikiran ha young
mulai rumit lagi, takut-takut hyun ra tahu juga tentang penyakkitnya.
“ Chan, hyun ra mana? Kau tak melihatnya? ” chanyeol menggeleng. “
Kau sms atau telpon saja. Aku juga khawatir takut dia dipukuli lagi oleh
abeojinya. ” sedikit kekhawatiran di raut wajah chanyeol tentang
sahabatnya. Ya, memang ketiganya sahabat, dan chanyeol pikir memang
dirinya dan hyun ra adalah sahabat. Tapi, baginya, ha young lebih dari
seorang sahabat. Chanyeol menatap ha young seperti namja menatap yeoja,
dan itu lebih dari sekedar sahabat. Entah chanyeol merasakan hal itu
sejak kapan.
Ha young hanya tertunduk khawatir dengan sahabatnya. ‘ Hyun ra, kau
dimana? ’ ha young menebarkan pandangannya kesemua arah, dan terhenti
pada sesosok yeoja yang sedang menatapnya. Hyun ra menatapnya lurus, dan
tajam, lalu pergi. Ha young ingin memanggilnya, tapi suaranya tak
keluar juga. Di putuskannya untuk menemuinya nanti saat jam berakhir.
Lalu kembali di tatapnya chanyeol, deg! Namja di hadapannya sedang
menatapnya tajam dan, tatapan itu, tampak teduh di mata ha young. Wajah
yang penuh dengan tanya kenapa, kenapa, dan kenapa.
“ Chan, sebaiknya...kau masuk ke kelasmu. Kita sudah terlambat.
Kajja...” ha young berbalik badan dan akan segera pergi. Tapi chanyeol
menahan tangannya. Di tariknya tangan ha young lembut dan di tatapnya
lagi.
“ Nanti...ada yang ingin ku bicarakan padamu. Ku jemput kau di
kelasmu. Jangan pergi kemana-mana, ara? ” ha young belum menjawab,
chanyeol sudah lebih dulu meninggalkan ha young yang masih bingung
menatapnya. Padahal, ha young ingin menemui hyun ra yang entah kenapa
seperti menghindarinya.
...
“ Ha young...ikut aku ke taman belakang kampus. ” chanyeol tiba-tiba
sudah berdiri tepat di hadapan ha young yang baru saja selesai
membereskan buku-bukunya. Tanpa perlu menjawab, chanyeol sudah menarik
ha young pergi dari kelasnya. Dan di sisi lain, hyun ra sedang mengamati
mereka berdua, lalu di ikutinya langkah mereka menuju taman belakang
kampus.
Disana, chanyeol dan ha young duduk di tempat ha young dan hyun ra
biasa berteduh dan melepas setres bersama. Masih sama-sama terdiam, dan
menatap lurus ke arah lain. Chanyeol menarik nafas dalam-dalam, setelah
apa yang di pikirkannya tadi di kelas musik yang membuat konsentrasinya
buyar karena hal ini, chanyeol memberanikan dirinya.
Di tatapnya ha young lekat, yeoja di hadapannya hanya terpejam dan
menyunggingkan senyum. Wajahnya tampak memucat lagi, chanyeol khawatir
dan mulai melupakan misi awalnya. “ Ha youngiee... ada yang ingin aku
katakan padamu. ” ha young tak membuka matanya, “ Katakanlah, chan. ”
entah sejak kapan dirinya memanggil chan, dan panggilan itu terasa
nyaman baginya.
“ Aku...aku menyukai seorang yeoja. ” chanyeol tertunduk lalu kembali
menatap ekspresi ha young, menunggu reaksi ha young akan pernyataannya
barusan. Tidak ada, tetap di ekspresi awal, tenang. “ Hmm, lalu? ” chan
yeol menarik nafas lagi. “ Kami sangat dekat, sudah lama. Entah sejak
kapan aku mulai menyukainya. Sosoknya, benar-benar kriteriaku. Aku
menyukainya..aku ingin sekali menyatakan perasaanku padanya. ” ha young
tak bergeming, ada rasa cemburu dan amarah mulai merasuki kepalanya
lagi. Jangan lagi...
“ Katakan saja padanya, chan. Mungkin dia akan menerimamu. ” ingin
sekali matanya di buka, tapi takut air matanya merebak dan jatuh
membasahi pipinya. Karena ha young tahu, orang yang di maksud chanyeol
adalah hyun ra. “ Baiklah, aku akan mengatakannya sekarang. Doakan aku,
ha youngiee. ” tanpa di lihatpun, ha young merasa melihat senyum bahagia
di bibir chanyeol. Matanya mulai panas, meski ia menutup matanya.
Dadanya mulai panas, terbakar, dan ingin sekali saat itu juga ha young
pergi dari hadapan chanyeol.
Saat itu juga, chanyeol menggenggam tangan ha young. Ha young
terperanjat, ada apa ini? Bukankah... “ Ha young, buka matamu. ” ha
young perlahan membuka matanya dan menatap chanyeol bingung.
“ Aku akan menyatakannya sekarang pada yeoja itu. ” batin ha young menjerit emosi. Katakan saja sana! Kenapa harus menggenggam tanganku dan menatapku seperti itu?
Chanyeol semakin menatap ha young lekat dan sebuah senyum lembut di
bibir chanyeol merekah. “ Saranghae.. ” ha young mengerutkan dahinya
bingung. Ige mwoya?
“ Saranghae, Ha youngiee. Jeongmal saranghae..park hayoung... ”
chanyeol memberikan senyum terbaiknya, dan ha young...sesungguhnya ia
ingin pingsan disini, tapi ha young hanya bisa diam dan menatap chanyeol
nanar. Keduanya pun tetap terdiam, saling menatap dan membaca pikiran
masing-masing.
Begitupun dengan hyun ra yang sejak tadi mengamati keduanya. Air mata hyun ra jatuh berderai. Jadi cintaku bertepuk sebelah tangan?
Hyun ra segera pergi sambil terus menangis. Tanpa memperhatikan jalan,
hyun ra terjatuh tersandung batu. Hyun ra menangis sejadi-jadinya sambil
memeluk lututnya. Seseorang datang mendekatinya, dan menepuk bahunya
lembut, lalu merangkulnya. Hyun ra mengangkat kepalanya, di tatapnya
namja di hadapannya. Namja itu hanya tersenyum (yang senyumnya
meneduhkan) dan berusaha menenangkan hyun ra. Lalu namja itu memeluknya,
berusaha menenangkannya lagi, dan hyun ra hanya menangis di dada bidang
sang namja...sampai ia benar-benar puas.
Di sisi lain, ha young masih menatap chanyeol bingung. ‘ Haruskah aku
menjawab iya? Tapi, bagaimana dengan hyun ra? ’ pikir ha young sekali
lagi. Chanyeol masih tetap menunggu jawaban dari ha young meskipun ia
tak menanyakannya. Wajah was-was dan cemas chanyeol, membuat ha young
serba salah. Hatinya berteriak iya tapi disisi lain ha young terus
memikirkan hyun ra dan persahabatan antara mereka bertiga. Akhirnya,
final. Ini keputusannya.
“ Jeosonghamnida, chan. Aku..tidak bisa. Mianhatha..” ha young
menunduk, chanyeol mengusap kepala ha young lembut. Ha young menatapnya,
senyum kecewa terpancar di wajahnya. Sejujurnya, dan sejujur-jujurnya
ingin sekali menerimanya. Tapi ha young sudah berjanji akan membantu
hyun ra dan chanyeol agar mereka berdua berpacaran.
Chanyeol tau, kalau ha young mengkhawatirkan persahabatan antara
ketiganya. Chanyeol berusaha memahami gadis itu, dan akhirnya menyerah. “
Gwaenchanayo. Aku tau alasanmu, tanpa perlu kau jelaskan. ” lagi-lagi
senyum getir dan kecewa chanyeol membuat ha young merasa bersalah. Ha
young menunduk, menyesal. “ Mianhamnida...chanie~yya..” chanyeol
terkejut dengan panggilan yang baru kali ini dia dengar dari ha young.
Chanyeol tersenyum dan mengusap lembut kepala ha young.
Tao masih tetap memeluk hyun ra yang masih tetap menangis di
pelukannya. (*ternyata namja tadi itu Tao sodara-sodara...ahaha :D) Tao
menatap ke arah chanyeol dan ha young dari jauh, mereka berdua tersenyum
dan saling menatap. Tao menatap mereka berdua misterius.
***
Malamnya, ha young terus memikirkan chanyeol. Senyumnya, perasaan
tulus yang diberikannya tadi siang, sungguh-sungguh membuat ha young
bingung, sedih, dan berbagai macam perasaan bercampur aduk. Ha young
takut, jika tadi ia mengatakan ‘iya’, bagaimana perasaan hyun ra?
Bagaimana persahabatan antara mereka bertiga? Bagaimana dengan
penyakitnya dan nyawanya di masa depan? Ha young menyentuh kepalanya
bekas usapan chanyeol tadi siang. Masih terasa.. tak terasa air matanya
menetes, entah alasan apa ha young menangis. Di peluknya erat kakinya,
sesungguhnya sakit, sedih, saat tadi ia menolak chanyeol. Padahal
hatinya berteriak iya dan mau menerima chanyeol. Ha young sungguh
menyayangi namja itu. Tapi ia tidak ingin mengkhianati hyun ra. Lagi..
kepalanya berdenyut nyeri.
“ Sssaa...kiiiiiittt....ennnggghhhh....hmmmppp...” ha young menjerit
berusaha menahan sakit di kepalanya yang semakin menjadi. Air matanya
berderai, di pukul-pukulnya kepalanya untuk menghilangkan sakit. Ha
young berguling di atas kasur, rambutnya berantakan, wajahnya memucat,
ha young menggapai laci di pinggir kasur, berusaha mencapai kotak obat.
Bruuukkk...
Suho terlambat. Saat masuk ke kamar ha young, ha young sudah
tergeletak di lantai. Ha young terjatuh dari kasur, dan pelipisnya
berdarah. Suho segera mengangkat tubuh ha young dan membawanya ke rumah
sakit.
@Hospital
Suho menunduk cemas. Suho tau, obat ha young habis, dan ha young
menolak keras untuk mengecek kesehatannya. Dan ini, entah sudah keberapa
kalinya ha young menjerit menahan sakit hingga pingsan. Tapi ini bukan
pingsan, melainkan jatuh. “ Pabo! Kenapa aku terlambat pulang hari ini?
Gara-gara aku...uuurrghh..” suho memukul kepalanya sendiri yang segera
di cegah oleh kedatangan chanyeol di hadapannya.
“ Hyung, bagaimana keadaan ha young? Gwenchanikka? ” sirat
kekhawatiran terpancar di wajah chanyeol. Suho berusaha tenang, takut
namja di hadapannya itu mengetahuinya. “ Tenanglah, ha young baik-baik
saja. Dia hanya terjatuh dari ranjang. Hanya luka di pelipis. Calm down,
chan. ” chanyeol menarik nafas lega.
“ Haaahh...YA chanyeol! Kau ini selalu saja berlari. Bisakah kau
pelan-pelan saja? ” tampak chen dan tao baru tiba. Keduanya
terengah-engah dan berusaha menarik nafas. “ Mianhae. Aku benar-benar
buru-buru. ” chanyeol membungkuk meminta maaf. “ Mana hyun ra? Tumben
dia tidak ikut. ” suho celingak celinguk mencari sosok hyun ra.
“ Dia sakit juga, jadi tidak bisa kemari. ” ketiganya menjawab
bersamaan. Tapi, hanya tao yang tahu alasannya mengapa hyun ra tidak
datang kemari.
“ Kata siapa aku sakit ? ” semuanya menoleh ke arah hyun ra yang baru
saja sampai. Hyun ra berdiri tegap di belakang tubuh tinggi Tao. Tao
tersenyum dalam hati. Chanyeol, chen dan suho menoleh bersamaan ke arah
hyun ra.
Saat itu juga hyun menunduk dan mengucapkan salam sambil sedikit
tersenyum. Suho menatap hyun ra dari atas sampai bawah. Sweater tebal
warna biru laut dengan syal putih tebal melingkar di lehernya,
penampilan orang yang sedang sakit.
Hyun ra berusaha tersenyum, menyamarkan wajah kesedihannya di depan
semua orang yang kini tengah memperhatikannya. “ Tao bilang kau sakit.
Lalu, yang benar siapa? ” chen menatap tao dan hyun ra bergantian. Hyun
ra hanya tersenyum simpul dan menghampiri Chanyeol dan suho yang berdiri
bersebelahan.
“ Oppa, bagaimana keadaan ha young? Apakah dia sudah sadarkan diri? ”
suho yang di tanya hanya terdiam. “ Belum sepertinya. Tapi dia
baik-baik saja. ” chanyeol mencoba menjawab pertanyaan hyun ra, yang di
balas dengan tatapan sekilas dari hyun ra padanya. Lalu hyun ra berjalan
menuju pintu kamar ha young dan mengintip lewat jendela.
Balutan perban tipis di kepala ha young, selang infus di hidung juga
di tangan kirinya menambah bingung hyun ra. ‘ Terjatuh saja sampai
begitu parahnya? Kau mencoba mencari perhatian semua orang rupanya, ha
young-ahh. ’ pikir hyun ra. Di lihatnya ha young masih memejamkan
matanya, tampak lebih pucat. Dan rasa prihatin dalam diri hyun ra
hilang, setelah tau chanyeol menyukai gadis lemah yang masih tertidur
itu. Bukan dirinya.
“ Benarkah itu ha young? ” hyun ra terperanjat saat tau suara berat
chanyeol muncul di balik punggungnya. Hyun ra berusaha terlihat peduli
dan prihatin. “ Ne, chanie. Itu ha young. Aku tidak menyangka dia
seperti itu. ” chanyeol mengelus puncak kepalanya, ha young terkejut.
Merasa senang saat di elus oleh chanyeol, beberapa detik kemudian
perasaan senang itu berubah. Hyun ra melepas tangan chanyeol dari puncak
kepalanya perlahan agar namja itu tak curiga.
Chanyeol heran, biasanya hyun ra tak menolak. Hyun ra hanya tersenyum
tipis pada chanyeol dan melangkah pergi menuju toilet. Suho yang
melihat perlakuan chanyeol pada hyun ra, sifat cemburunya kini bertambah
lagi. Tapi ada rasa senang, karena hyun ra menolaknya.
“ Hyun ra, mau ku antar? ” hyun ra berhenti lalu berbalik ke arah
suho. Diberikannya senyuman kecil tanda menolak. “ Ani, oppa. Tidak
usah. Oppa istirahat saja, pasti lelah. ” lalu hyun ra melanjutkan
langkahnya menuju toilet. Di ikuti tao yang kini menuju toilet pria.
. . . . .
“ Kau bilang kau tidak akan datang dan melihat ha young. Kenapa kau
datang? ” tao duduk di atas cap mobil hitam mengkilatnya sambil menatap
lurus hyun ra yang kini tengah menatap langit gelap.
“ Hanya ingin melihat keadaan yeoja tak berdaya itu. Molla, mungkin
saja dia sakit keras. Hahaha....” tawa sumbang hyun ra tampak lebih
terdengar menyedihkan.
“ Entah kenapa, aku mulai membenci sahabtku sendiri. Padahal, aku tau
dia sahabatku, sahabat terbaik yang mulai menusukku dari belakang.
Menyukai namja yang sama denganku, tanpa sepengetahuanku. Cih, teman
macam apa dia. ” hyun ra mengambil sebuah batu lalu di lemparkannya ke
sungai han yang tak jauh dari hadapannya.
“ Hey, setidaknya kau tanyakan dulu pada chanyeol. Apakah ha young
menerimanya atau tidak. ” hyun ra menatap tao lurus dan serius. “ Untuk
apa ku tanyakan. Tentu saja dia menerimanya. Aku membaca diarynya, kalau
dia menyukai Park Chanyeol, yang entah sejak kapan. Jadi, jika aku
bertanya, hanya akan mempersempit ruang untuk aku bernafas. ” hyun ra
menarik nafas dalam dan membuangnya keras.
“ Kau tidak tau rasanya bertepuk sebelah tangan kan? Pantas saja kau
selalu diam dan cuek masalah cinta. Kau kenapa sejak pulang dari rumah
sakit tadi..hanya diam? ” hyun ra berjalan mendekati tao yang masih
duduk di atas cap mobil sambil menatap hyun ra lekat.
“ Sepertinya aku tak perlu merasakan hal yang namanya cinta bertepuk
sebelah tangan. Cukup melihat seseorang yang menurutku hal yang indah,
itu sudah cukup. Apalagi dia tertawa dan tersenyum itu cukup, tak perlu
sampai harus menyatakan cinta atau menjadi kekasihnya. ” hyun ra
berhenti tepat di hadapan tao dan menatapnya lekat memastikan apakah
benar kata-kata tadi lewat matanya.
Benar. Tao meyakinkannya. Hyun ra tersenyum tenang. Tao turun dari
atas cap mobilnya, dan secara refleks memeluk hyun ra. Hyun ra tertegun
sejenak, dan hyun ra mulai mengerti. Tao berusaha menenangkan dirinya
agar tidak larut dalam benci dan emosi.
“ Aku tidak ingin kau membenci seseorang yang telah menemanimu sejak
lama hanya karena hal yang namanya cinta. Ku harap begitu. ” tao melepas
pelukannya dan menatap hyun ra yang masih tertegun dengan kata-kata
namja dingin di hadapannya. Baru kali ini tao berbicara sehangat ini.
Tao tersenyum, senyum yang tulus, bukan lagi smirk dinginnya. Hyun ra tersenyum dan menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
To be continued....
Apa-apaan inih?? FF ini kenapa jadi gini? -__- maaf mengecewakan anda
sodara-sodara xD apalagi chagiku.. Ya tuhan... g sesuai bayanganku
(lagi). Konflik manaaa??? #tanyapapadirisendiri kkkk~
RCL ne ehehehe jelek aneh kacau silahkan koment... ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar