Okeh, saya kembali lagi dengan FF request dari teman. Mungkin akan terjadi perpanjangan story, jadi ku
bagi menjadi 2a,2b, dan After Story *apadah*. Hihihi, mian ne~ aku tidak bisa
membuat story yang singkat, karena pada dasarnya aku orangnya suka bercerita
*terserahdah*. Oke, lupakan prolog tentang saya barusan, karena aku mau mulai.
Don’t be silent readers, harap RCL yah..kkkk~ :D
No COPAS,No BASHING, No FANWAR, this is just
FanFiction and Fiction...fiction.. *nyanyi fiction.nya Beast* plakkk. FF ini sudah aku publish di FB.ku farahyani24@yahoo.com karena ff ini adalah request dari sahabatku.
Yaudah, check it out. Hehehe...
Author
:
Lee Ji Ae (marga baru nih)
Genre
:
Sad Romance, Tragedy, Friendship
Length
:
Chapter (full version)
PG
:
17 aja mungkin
Cast
:
-
Niecha Luph Heechul as Park Ha Young as You
-
Park Chan Yeol (EXO-K)
-
Lee Hyun Ra (author numpang eksis)
-
Kim Joon Myun aka Suho
-
Tao & Chen (EXO-M)
Tampak ha young terduduk lemas di kamarnya, menatap
kosong ke luar jendela. Sudah di duganya, hyun ra pasti menyukai chanyeol,
entah sejak kapan sahabatnya menyukai namja itu.
Dan entah kenapa, tubuhnya selalu lemas setiap ingin
melakukan aktifitas berat. Setelah keluar dari rumah sakit, ha young menjadi
sedikit pelupa dan matanya yang normal, menjadi minus setelah di periksakan.
Kepalanya juga sering berdenyut sakit jika malam hari, membuat Suho selalu
selalu panik dan tak berani meninggalkan ha young sendiri.
Sampai saat ini pun, suho masih merahasiakannya dari
ha young. Suho tak tega harus mengatakannya pada yeodongsaeng kesayangannya
itu, takut semakin membuat kepalanya memikirkan hal-hal buruk dan menambah
sakit.
Saat ha young kembali memikirkan perkataan hyun ra
kemarin lusa, kepalanya kembali berdenyut. Ha young mengernyitkan dahinya,
menahan sakit yang teraman di kepalanya meskipun hanya sekilas, itu sudah mampu
membuat ha young memijat tengkuknya.
Mungkin itu tak seberapa, jika di bandingkan setiap
malam ha young harus bermandikan keringat menahan sakit sambil sesekali
meneteskan air mata. Suho yang tau keadaan yeodongsaengnya itu hanya mampu ikut
meringis tak tega melihat keadaan ha young. Ingin sekali suho memberitahu ha
young, tapi suho masih ingin berpikir lagi bagaimana reaksi ha young setelah
tahu.
Ha young yang terduduk lemas di lantai, mencoba
memejamkan matanya. Entah kenapa rasa kantuknya tiba-tiba datang.
“ Ya Tuhan, apa yang harus ku lakukan? ” ha young
berbisik lirih sambil menahan kantuknya, sambil terus memikirkan apakah ia akan
membantu hyun ra agar dekat dengan chanyeol, namja pertama yang membuatnya
merasakan cinta. Tanpa sadar, satu tetes air mata menetes dari sudut matanya,
membasahi pipinya. Perlahan ha young menekuk kedua lututnya dan memeluknya,
lalu tertidur.
Suho yang baru saja ingin memanggil ha young
mengurungkan niatnya, melihat pintu kamarnya tak tertutup dan yeodongsaengnya
terduduk memeluk lutut dan terpejam sambil tetap mengeluarkan air mata. Suho
tersenyum pahit dan mulai menyentuh dadanya, sesak melihat adik kesayangannya
sakit tanpa ia tahu penyakitnya.
Di dekatinya ha young dan di angkat tubuh lemah ha
young perlahan ke atas kasur. Di sampirkannya selimut, di hapusnya sisa air
matanya yang masih mengalir, di kecupnya lembut dahi yeodongsaengnya penuh
kasih sayang.
“ Mianhae, ha youngie. Oppa jahat, tidak
memberitahumu tentang satu hal. Mianhae, jeongmal mian...” tampak seraut wajah
sedih dan terluka di wajah suho. Di tatapnya wajah ha young yang tertidur
dengan damai, meski sedikit lebih pucat, tapi garis kecantikannya tidak
menghilang.
Perlahan suho meninggalkan kamar ha young dalam
diam.
***
“ Annyeong. Apakah ha young ada? ” tiba di suatu
sore, entah mengapa chanyeol ingin sekali mengunjungi ha young yang sudah
jarang mengobrol dan bertemu dengannya. Suho yang tampak bingung untuk beberapa
detik menatap kehadiran chanyeol, langsung menganggukkan kepalanya dan
mempersilahkan chanyeol masuk.
Di tatapnya rumah ha young yang tampak sepi dan
hening. Suho mempersilahkan chanyeol ke halaman belakang rumahnya karena ha
young ada di sana sedang menyiram tanaman.
Sesampaiya di taman, tampak ha young sedang duduk di
kursi taman sambil memejamkan mata.
Chanyeol mendekat ragu, apakah ia
mengganggunya saat ini? Chanyeol duduk di samping ha young yang masih belum
bergerak memberikan reaksi. Dia tidur?pikir chanyeol bingung.
Tapi sesaat kemudian ditatapnya wajah ha young yang
putih pucat sedang terpejam, sedikit lebih kurus sejak 3 hari terakhir mereka
bertemu. Kening chanyeol berkerut bingung dengan keadaan yeoja di hadapannya
itu. Ada apa dengannya?pikir chanyeol lagi.
Di sentuhnya kedua pundak ha young perlahan, tak ada
reaksi. Baru saat chanyeol berdeham (yang di karenakan suara beratnya) ha young
perlahan membuka matanya dan menatap seseorang di sampingnya...lalu tersenyum
kecil.
“ Kapan kau datang? ” tanya ha young pelan. Chanyeol
lagi-lagi mengerutkan dahinya, dia tak menyadari kehadiranku?
“ Aku? Baru saja. Kau tak menyadarinya? ” ha young
hanya menggeleng lemah. Chanyeol menghela nafas. “ Jinja? ” ha young lagi-lagi
menggeleng tidak tahu kehadirannya.
“ Memangnya ada perlu apa kau kesini, chan? ”
chanyeol hanya diam, memikirkan alasan yang tepat.
“ Aku hanya ingin mengunjungimu, ha young~ah. Tidak
boleh? ” justru ha young merasa senang chanyeol mau mengunjunginya. “ Aniya,
tentu saja boleh. Hanya itu? ” chanyeol tampak berpikir sekali lagi. Ha young
tertawa kecil melihat wajah berpikir chanyeol yang sudah jarang ia lihat lagi.
“ Ya, kenapa tertawa? Ada yang lucu? ” chanyeol
menggerutu kesal dan mencubit pipi ha young gemas. Deg! Ha young sempat
berhenti sekejap. Ha young berpikir, sudah lama chanyeol tidak mencubit pipinya
lagi. Biasanya chanyeol hanya mencubit pipi hyun ra. Seketika rasa sakit di
dadanya menyeruak perlahan, ha young tersenyum pahit.
“ Mian, apa kau sedang sakit? Wajahmu tampak pucat
dan sedikit kurus. Kau sudah makan? ” chanyeol mencoba mengalihkan pandangan ha
young yang membuatnya salting. Ha young hanya menggeleng perlahan dan
mengaihkan pandangan ke arah lain juga.
“ Belum makan juga? Kalau belum, mau ku bawakan
makanan kesini? Nanti ku ambil dari dapurmu. Mungkin oppamu memasak sesuatu. ”
lagi-lagi ha young menggeleng pelan.
“ Aku tak mau merepotkanmu, chan. Duduk disini saja,
nanti oppa mungkin yang akan mengambilkannya untukku. ”
“ Aku..aku kan juga ingin makan. Kau punya buah apel
di kulkas? ” chanyeol menggaruk kepalanya yang tak gatal. Apa yang kau katakan
barusan, chanyeol?pikir chanyeol sekali lagi, kali ini dirinya terlihat seperti
orang bodoh.
Ha young terdiam sejenak, lalu tertawa kecil.
Lagi-lagi chanyeol mencubit pipi ha young gemas. Ha young mulai menyadari,
mengapa reaksinya sekarang sedikit lamban? Di tatapna namja berambut keriting
disampingnya yang menunduk bingung. Di acak-acaknya pelan rambut keriting
chanyeol gemas, meski tampak lemah.
“ Ada, mau ku ambilkan? ” seketika ha young berdiri
tanpa menunggu reaksi chanyeol.
“ Ani, tidak usah. Kau tunggu disini saja. Biar aku
yang ambil. ” bergegas chanyeol berlari ke dalam dan meminta ijin suho untuk
mengambil apel, mencucinya dan bergegas membawanya kembali pada ha young.
Deg! Deg! Tapi yang di dapati di sana adalah, ha
young yang berbaring di rerumputan. Ha young pingsan. Segera chanyeol membuang
apel yang tad dipegangnya dan berlari menghampiri ha young yang tampak lemas
tak berdaya. Bibirnya memutih, matanya terpejam dan tampak seperti panda.
Chanyeol segera membopong ha young dan membawanya ke
kamarnya. Suho yang melihat itu panik dan mengambil obat-obatan ha young.
Chanyeol yang melihat beberapa obat-obatan di samping ranjang ha young yang di
bawa suho tadi, mengernyitkan dahinya bingung (lagi). Kau sakit apa, ha
youngie?tanya chanyeol dalam hati.
Sebenarnya, 4 hari setelah dia keluar dari rumah
sakit, ha young mulai meminum obat-obat itu. Suho beralasan agar luka di
kepalanya cepat mengering dan dapat mencegah sesuatu yang akan terjadi pada
kepala adiknya itu. Ha young pun hanya mengangguk setuju, meski dia tidak
menyukai obat, tapi demi kesehatannya, ha young rela meminum obat-obat itu.
Suho dan chanyeol keluar dari kamar ha young dan
duduk di ruang tamu. Ingin sekali chanyeol menanyakan penyakitnya, tapi urung
saa ada telpon masuk. Dari hyun ra.
“ Hmm, yeoboseyo hyun ra. Ada apa? ” suho yang tak
sengaja mendengar chanyeol menyebut nama hyun ra pun mengernyit. Ada hubungan
apa antara bocah itu dengan hyu ra?pikir suho masih berusaha mencuri dengar
pembicaraan chanyeol dan hyun ra di telpon.
“ Sekarang? Hmm, tapi aku masih...” ucapan chanyeol
terputus saat hyun ra memotong kata-kata chanyeol.
“
Ini benar-benar penting, chanie~ah! Aku membutuhkanmu sekarang, jebal...”
hyun ra menangis memohon kehadiran chanyeol yang tampak berpikir.
“ Baiklah, aku kesana sekarang. ” di tutupnya telpon
dari hyun ra dan di alihkannya pandangan pada suho yang sejak tadi
memperhatikannya. “ Mianhae, hyung. Aku harus pergi sekarang. Maaf tidak bisa
menemani ha young lebih lama. Aku permisi dulu hyung, annyeong...” tanpa
menunggu jawaban dari si pemilik rumah, chanyeol bergegas pergi dan langsung
menancapkan gas menuju taman dekat rumah hyun ra.
. . .
“ Mana hyun ra? Kenapa tidak kelihatan.. dia pakai
baju apa sih? ” cahnyeol mencari-cari sosok hyun ra, tapi tak ia temukan. Taman
juga sepi, hanya ada beberapa orang duduk disana. Tapi ada satu yang mengganjal
matanya. -Biji kedongdong- *plakkk abaikan*. Ada seorang yeoja memakai mantel
hitam dan celana panjang berwarna hitam, memakai kaca mata hitam juga masker
rumah sakit. Yeoja itu hanya duduk dan menunduk. Jangan-jangan itu hyun ra?
Segera chanyeol berjalan kearah yeoja itu.
“ Hyun ra? Benar ini kau? ” chanyeol berusaha
memastikan saat didekatkannya wajahnya pada yeoja itu. Ternyata benar. Hyun ra
membuka kaca matanya.
Dan itu sempat membuat chanyeol syok. Ada bekas luka
lebam berwarna biru keunguan di daerah pipi *tulang pipi dekat mata*, dan mata
hyun ra sedikit membengkak dan menyipit sebelah.
Chanyeol pov
Ku pandangi wajah hyun ra yang tertunduk malu karena
aku menatapnya lekat, lebih tepatnya terperangah. Dia belum membuka maskernya.
Ku buka perlahan maskernya, hyun ra tak menolak malah menahan tangis. Dan benar
saja, sudut bibirnya berdarah dan darahnya sudah membeku, ku sentuh hyun ra
meringis. Bibirnya sedikit sobek, seperti habis menghantam sesuatu. Aku syok,
marah, kasihan, entahlah, perasaanku bercampur menjadi satu. Mulai dari aku
melihat keadaan ha young, di tambah lagi keadaan hyun ra yang tak ku mengerti.
Ku angkat wajahnya yang sudah sembab setelah
menangis. Ku tatap hyun ra lekat, tersirat wajah penuh kesedihan di wajahnya.
Aku jadi tidak tega. Ku tarik hyun ra masuk ke dalam mobilku dan ku bawa dia ke
apartemenku.
Sesampainya di sana, ku obati luka di wajahnya. Hyun
ra meringis, tapi hanya itu yang keluar dari mulutnya. Hyun ra tidak berbicara
sama sekali, hanya meringis.
“ Mian, sakit sekali ya? Maaf aku bukan dokter
ataupun perawat. Kita ke rumah sakit saja, eotthe? ” hyun ra hanya menggeleng.
Ingin ku tanyakan padanya, apa yang terjadi padanya. Tapi urung, karena sejak
tadi hyun ra tidak berbicara.
“ Lepas mantelmu. Kau tidak kepanasan? Ac
apartemenku sedang dalam perbaikan. Aku saja merasa panas. ” ku lihat hyun ra
meraatkan mantelnya seperti enggan untuk melepasnya. Dahiku mengernyit lagi,
ada apa dengannya?
“ Ya! Kau ini kenapa? Aku tak akan menyentuhmu. Aku
hanya menyarankanmu untuk membuka mantelmu, karena disini panas. ” hyun ra
menggenggam tanganku, tampak keraguan dan ketakutan di wajahnya. Perlahan di
bukanya mantelnya, ku merasa jantungku berdegup kencang. Ku lihat tubuhnya
bergetar, dan . . . .
“ SIAPA YANG MELAKUKAN INI PADAMU? Katakan! Siapa? ”
emosiku memuncak. Sialan! Siapa yang melakukan ini pada sahabatku? Mataku
memanas dan kepalaku rasanya ingin pecah. Ku lihat sirat ketakutan di wajah
hyun ra, air matanya menetes. Mungkin baru kali ini hyun ra melihatku murka.
Bajunya yang kotor, lengan kanan dan kirinya penuh lebam dan goresan. Lagi-lagi
aku melihat darah.
Ku guncang bahunya perlahan, “ Siapa, hyun ra?
Katakan padaku. Sekarang. Aku ingin menghajarnya saat ini juga. Siapa yang
berani memperlakukan sahabatku seperti ini. ” aku mulai tak tega padanya, air
matanya mengucur deras (lagi). Ku peluk tubuh hyun ra yang bergetar menahan
tangis. Di dadaku akhirnya hyun ra menumpahkan semua kesedihanny, dadaku terasa
basah.
“ Katakan padaku, hyun ra. Jebal...aku..tidak ingin
melihatmu terluka seperti ini. Tapi, aku tak akan memaksamu bercerita sekarang.
” ku lihat hyun ra ragu untuk membuka mulut.
“ Ap..appa..yang mmelakukannya. ” seketika mataku
terbelaak mendengarnya. Appanya? Mwo? Aku tak salah dengar? Sejak kapan hyun ra
bermasalah dengan appanya? Sekalipun masalah, yang ku tahu appa hyun ra tidak
perlu sampai menyiksa anaknya seperti ini.
Ku putuskan untuk menemui appa hyun ra. Ku beranjak
dari hadapannya dan bergegas keluar dari apartemenku. Tapi ku lihat hyun ra
memanggilku dan berusaha menghentikanku.
“ Chanie~yya...jebal...berhetii.. Jangan lakukan
apapun pada appa... Mungkin appa melakukan ini ada alasannya. Geuraeyo, jebal,
jangan kesana. ” ku berhenti sejenak, menghela nafas berat menahan amarah yang
semakin meluap-luap. Mungkin tindakanku ini tidak terlalu penting, dan
kekanakan. Aku hanya sahabat hyun ra, mana bisa aku memukul appanya hanya
karena masalah pribadi antara mereka? Meskipun aku tak terima sahabatku di
perlakukan seperti ini.
Ku tatap hyun ra dalam, berharap menemukan izin
untuk menemui appanya. Tapi, hyun ra hanya menangis dan menggenggam tanganku
sampai duduk berlutut.
“ Jebal, jangan pergi. Antarkan saja aku ke rumah ha
young. ” ku anggukkan kepalaku dan mengantarnya kerumah ha young. Mungkin
sementara dia harus menginap di rumah ha young untuk menghindari appanya yang
persis seperti iblis.
Sesampainya di rumah ha young, aku cemas jika oppa
ha young marah dan berpikir aku yang melakukannya. Ku tekan bel rumahnya, tak
ada jawaban. Ku tekan sekali lagi, masih tak ada jawaban. Kemana mereka?
Bukankah tadi mereka ada?
“ Apa mereka sedang pergi, chanie~yya? ” aku hanya
bisa mengangkat pundakku tak tahu. Saat kami berdua hendak beranjak pergi,
tiba-tiba pintu terbuka.
“ Ah, chanyeol. Kenapa kau kembal...li..? ” ku lihat
suho hyung melotot menatap hyun ra yang tampak berantakan.
“ Aigoo~! Gwaenchaneyo? Apa yang terjadi padamu,
hyun ra~ah? ” ku lihat suho memeluk tubuh hyun ra sebentar dan mengajaknya
masuk tanpa mempedulikanku.
Chanyeol pov end
Suho pov
“ Hmm, oppa. Tidak usah repot begini. Aku sudah di
obati oleh chanie. ”
Chanie? Chanyeol itu, dia panggil chanie? Dahiku
berkerut. Panggilan sayangkah itu? Aku hanya bisa menghela nafas. Cemburu?
Mungkin saja aku cemburu pada namja jangkung itu. Tapi, untuk apa aku cemburu
pada anak kecil? Aishh..lupakan pemikiran tadi.
“ Hmm, tak apa. Tapi lukamu belum di plester. ” ku
keluarkan plester dari kotak obat dan ku tempelkan tepat di dahi juga
lengannya. Hyun ra tidak menolak tampaknya sodara-sodara! *plakk abaikan* :D
jangan serius2 lah bacanya.
“ Oppa, kenapa chanie tidak kau suruh masuk? Hyun ra
mana? ” aigoo~ aku jadi salting begini.
Bocah itu membuatku jadi tak enak begini
di depan hyun ra. Segera ku keluar rumah dan ku dapati si ‘Chanie’ itu
merebahkan diri di dalam mobil. Hufh, kupikir dia pulang.
“ Ya! Chanyeol~ssi, masuklah. ” ku lihat dia
terbangun dan bergegas masuk.
“ Oppa, dimana ha young? Kenapa aku tak melihatnya
sejak tadi? Aku ingin menceritakan sesuatu padanya. ” aku hanya bingung ingin
menjawab apa. “ Dia di kamar, sedang tidur. Nanti malam saja kau bertemu
dengannya. Dia butuh istirahat. ” ku belai kepalanya lembut, dan ku lirik bocah
itu. Tampaknya dia memperhatikan gerak gerikku.
“ Apakah ha young sakit, oppa? Aku ingin melihatnya
sebentar. Boleh kan? ” ku tatap hyun ra, matanya tampak memohon. Hufh, baiklah
aku kalah dengan mata itu. Ku anggukkan kepalaku dan ku antarkan hyun ra ke
kamar ha young di lantai 2 sambil memapah tubuhnya.
“ Tolong jangan buat keributan didalam, ne? ” hyun
ra mengangguk, dan segera ku tinggal.
“ Hyung, ada yang ingin ku bicarakan padamu. ” ku
tatap chanyeol sebentar, dan ku anggukkan kepalaku. Kemudian kami berdua pergi
menuju taman belakang rumah.
Suho Pov end
Author pov
“ Hmm,, annyeong ha youngie.. Kau masih tidurkah? ”
hyun ra masuk dan menyapa ha young yang masih tertidur bak ‘ Putri Salju ’
dengan suara sekecil mungkin. Di hampirinya sahabatnya yang tengah tertidur
‘rapi’tak bergerak, dengan wajah memucat dan bibir putih mengering.
Hyun ra mengerutkan dahinya, bingung. “ Kau tidur
seperti ini, seperti orang yang sudah mati, ha youngie. ” tampak wajah sedih
hyun ra yang khawatir melihat keadaan tidur ha young yang aneh, dan baru ia
lihat.
Di sentuhnya wajah ha young yang mengurus dan pucat.
“ Kau tampak seperti putri di negri dongeng saja, ha youngie. Adakah pangeran
tampan yang akan menolongmu dan membangunkanmu dari tidur panjang ini? ” ha
young mulai berkhayal. Di genggamnya tangan ha young, dingin. “ Ha young, kau
tampaknya demam. ” ingin sekali dibangunkannya sahabatnya yang sedang tidur
itu.
“ baiklah, aku tidak mau menunggumu sampai malam
nanti ha youngie. Aku ingin menceritakan ‘bad day’ ku padamu. ” hyun ra menarik
nafas terlebih dahulu, menahan sakit.
“ Ha youngie, kau tahu?
Appa pulang dari Jepang. Aku senang, akhirnya appa pulang. Saat ku sambut tadi
pagi, appa meresponku. Yah, mungkin hari ini adalah hari burukku. Hmm, appa
memukulku tanpa sebab. Mungkin saja appa mabuk, entahlah. Appa juga
bilang,..aku..tidak berguna, sama seperti eomma. Hiks, apa benar begitu, ha
youngie? Apa benar aku tak berguna? Hanya menyusahkan appa. ” ditahannya lagi
air matanya, sampai raut wajahnya memerah.
“ Dan lagi, appa
memukulku dengan sabuknya, dan memukulku dengan tongkat baseball.. Appa
benar-benar membuatku...hiks..terkejut sekali hari ini...” tak bisa di bendung
lagi, air mata hyun ra tumpah dan membasahi pipinya. Tubuhnya bergetar hebat
saat mengingat kejadian tadi.
Mungkin saat ini
rumahnya seperti kapal pecah(?), berantakan, dan darah mungkin dimana-mana.
Perlu para readers tau, hyun ra adalah anak yatim, kehilangan eommanya saat
umur 10 tahun. Dan ha young, dia yatim piatu. Kehilangan kedua orang tuanya
saat berumur 7 tahun dan 9 tahun. Sampai saat ini, yang merawat ha young adalah
suho, oppa satu-satunya. Sampai akhirnya ha young bertemu chanyeol.
Bertambahlah ‘ Guardian Angel ’ nya.
“ Kau beruntung, ha youngie. Kau masih ada oppamu
yang menemani dan merawatmu. Sedangkan aku, anak tunggal. Pantas saja, appa
begitu marah dan mengataiku tak berguna. ” senyum getir tersungging di bibir
hyun ra.
“ Aku harus..bagaimana, ha youngie jika bertemu appa
dirumah? Izinkan aku menginap disini. ” lagi-lagi tak ada jawaban dari ha
young, dia tetap tertidur dengan tenangnya.
Di edarkan pandangan keseluruh kamar ha young, rapi
dan bersih. Warna dinding lembut dan menenangkan jiwa. Tapi, ada satu yang
mengganggu pemandangan. Obat. Tumpukan obat yang terletak di keranjang kecil di
meja belajarnya, dan di samping frame foto menunjukkan wajah bahagia ketiganya.
Foto Hyun ra dengan baju merah yang tampak feminin, chanyeol yang memakan
eskrim sambil di rangkul oleh 2 yeoja yang saat ini telah sama-sama, menyukai
dirinya. Dan foto ha young yang tampak terkesan sederhana hanya tersenyum
hangat.
Tok..tok..tok..
Hyun ra menoleh ke arah pintu, ternyata ada suho
disana. Suho segera menghampiri ha young dan memeriksa keadaannya. Hyun ra
penasaran, akhirnya di hampirinya ha young yang masih terbaring dan suho yang
tertunduk lemas di samping ha young. Hyun ra memiringkan kepalanya bingung.
“ Oppa, waeyo? Sebenarnya, ha young sakit apa, oppa?
Parah? Ku lihat obatnya banyak dan bertumpuk di atas meja. ” suho hanya menatap
hyun ra, ada tatapan sedih disana. “ Hanya sakit biasa hyun ra. Mungkin ini
efek waktu dia terjatuh. ” sebenarnya, ha young terjatuh karena merasakan sakit
di kepalanya. Hanya suho yang tahu tetang perihal penyakit ha young. Tampak ha
young membuka matanya perlahan, di kerjab-kerjabkan matanya perlahan menunggu
setengah nyawanya menyatu kembali dengan tubuhnya (?).
“ Oppa, hyun ra, mwoya? Kenapa kalian berdua
berkumpul di kamarku? ” suho dan hyun ra menatap ha young bersamaan, membuat ha
young tampak bingung.
“ Kau tadi pingsan, ha youngie. Chanyeol membopongmu
kemari. Sudah 5 jam kau pingsan. Entah pingsan atau tidur. ” suho menjelaskan
sambil di acak-acak rambut yeodongsaengnya yang masih terpaku, mencoba
mengingat kejadian terakhir kali. Nihil, ha young lupa dan tak ingat jika ada
chanyeol mengunjunginya.
Dirasa wajah ha young yang tampak bingung, suho
segera merangkul tubuh ha young dan mengajaknya ke dapur. “ Ha youngie, kau
pasti lapar. ” hyun ra yang merasa lapar, ingin segera turun menuju dapur
sambil menggandeng lengan ha young.
Sesampainya di dapur, tampak chanyeol sudah mulai
makan. Ha young tampak memperhatikan penampilan hyun ra yang berantakan,
dahinya mengernyit. “ Kau kenapa, hyun ra? Kau jatuh? ” hyun ra yang di tanya
hanya mampu tersenyum gugup. Bingung akan menjawab apa. Lalu di alihkan
pandangannya pada chanyeol. Tepat saat ha young menatap chanyeol, chanyeol pun
menatapnya, karena dia ada di seberang meja dan berhadapan dengannya langsung. Tampak
sirat khawatir di wajahnya. ‘ Apa wajahku masih terlihat pucat? Sampai-sampai chanyeol
menatapku seperti itu. ’ pikir ha young bingung sambil tetap menatap chanyeol.
“ Mari makann... ” suho, hyun ra dan ha young secara
serentak mengucapkannya. “ Hyun ra, kau tadi belum menjawab pertanyaanku kan?
Waeyo? Wajah dan lenganmu penuh luka. Sudah kau obati? ” hyun ra hanya
mengangguk pelan. “ Kau belum menjelaskan padaku perihal kejadian itu.
Sekarang, jelaskan secara rinci. ” kata chanyeol sambil tetap menyantap
makanannya. Hyun ra menarik nafas, dan mulai bercerita. Suasana memanas, suho,
chanyeol dan ha young terpaku. Tampak secercah emosi di wajah kedua namja itu,
dan ha young memperhatikannya.
“ Untunglah, ada chanie disana yang mau mengobatiku.
Untuk pertama kalinya, ku melihat chanie marah dan ingin menemui appaku. Keren
sekali.. Gomawo chanie~yya. ” ha young melihatnya. Hyun ra mencubit pipi
chanyeol gemas dan . . .seketika tubuh ha young membeku. Hyun ra merangkul
lengan chanyeol...yang seketika membuat hati ha young bergejolak, ingin sekali
marah. Entah kenapa kata-kata yang sama sekali tak terpikir oleh ha young membuat
3 manusia di dekatnya syok.
“ YA!! Ini waktunya makan, bukan waktunya
bermesraan. Isshh! ” ha young segera beranjak meninggalkan ruang makan. Suho
terperangah sekali lagi, lalu mengejar ha young. Hyun ra dan chanyeol masih
terdiam dan bertatapan. Segera chanyeol bangkit dan menghampiri suho dan ha
young. Langkah chanyeol melambat saat suho masuk ke dalam kamar ha young dan
menenangkannya. Terdengar berbagai macam kata penuh emosi dari ha young, yang
selama ini chanyeol tau, ha young adalah yeoja yang lembut dan tidak pernah
marah-marah ataupun membentak.
“ Ha youngie, waeyo? Ada apa denganmu? Kau tidak
seharusnya membentak saat sedang makan. Hyun ra...hanya berterima kasih pada
chanyeol, itu saja. ” suho tampak ragu dengan argumennya sendiri. Padahal suho
juga merasa cemburu. Ha young yang masih emosi, entah mengapa ha young ingin
sekali memarah-marahi siapa saja.
Masih dengan wajah penuh emosi, ha young tak
segan-segan membentak oppanya. “ Hanya? HANYA? Oppa bilang itu Hanya? Oppa, aku
tahu oppa cemburu kan? Oppa cemburu melihat chanyeol dan hyun ra seperti itu? Oppa
menyukai hyun ra kan? Oppa berusaha menutupi perasaan kesal oppa dengan cara
mengejarku sampai kekamar kan? Oppa marah kan melihat kedekatan hyun ra dan
chanyeol? Iya kan? Aku juga sama kesalnya sepertimu, oppa! Aku...tidak ingin
ada orang yang mengganggu mood makanku. ” ha young berusaha mengganti
alasannya, agar tidak ada orang yang tahu tentang perasaannya pada chanyeol.
Suho menarik nafas dalam, dan mulai menyanggupi
perkataan yeodongsaengnya. “ Ne. Kau benar. Aku memang menyukai hyun ra dan aku
cemburu, sejak kau sering membawanya kerumah. Tapi, seharusnya kau tidak
seperti itu, ha youngie. Kau seharusnya menahan diri...untuk tidak seperti itu.
” lagi-lagi suho ragu dengan argumennya. Chanyeol yang masih berada di depan
kamar ha young terdiam terpaku, mengetahui kenyataan bahwa suho menyukai hyun
ra. Ada rasa penyesalan dalam diri chanyeol, dia tertunduk dan mulai menjauh
dari kamar ha young. Berniat ingin menunggu dan meminta maaf pada suho, tapi
urung karena saat itu hyun ra lenyap. ‘ Sepertinya, hyun ra mendengar semuanya.
’ segera chanyeol pergi mencari hyun ra.
“ Oppa, seharusnya kau lebih berani mendekati hyun
ra. Oppa mau, hyun ra tidak akan berpaling dari chanyeol dan hanya menatap oppa
seperti kakaknya sendiri? ” tak terasa air mata ha young mengalir. Sempat
terlintas di pikiran ha young, bahwa hyun ra harus bersama dengan oppanya,
meskipun itu sangat egois, tapi itu demi persahabatan antara dirinya, hyun ra,
dan chanyeol.
“ Ha youngie, mian. Oppa tidak seberani yang kau
pikirkan. Oppa ragu, karena oppa takut hyun ra tidak menyukai oppa.
Uljimma..berhentilah, ha youngie.” Di peluknya yeodongsaeng kesayangannya. Suho
tahu, adiknya ini ingin oppanya bahagia. Padahal dirinya sendiri tidak
bahagia..hanya bisa menahan sakit.
Dalam sekejap, ha young merasakan sakit di
kepalanya. Sakit yang benar-benar menyiksa. “ Aaaaaaahhh...sakit sekkaliii
oppa...hhmmpp..” Ha young menjerit dalam pelukan suho, menahan sakit sekuat
tenaga. Keringat bercucuran, wajah ha young semakin pucat. Suho mulai panik
akan gejala yang di timbulkan lagi oleh kepala ha young, mengingat ha young
selalu berpikir keras. Suho berusaha memeluk ha young erat, menenangkan ha
young, berusaha menghilangkan rasa sakitnya. Suho mulai menangis tak tahan
mendengar jerit kesakitan ha young yang sambil mencoba emukul kepalanya
sendiri.
“ Ha young, berhenti memukul kepalamu sendiri! Kau
tau, itu akan semakin berdampak buruk. Berhentilah memukul..” ha young tetap
bersikeras memukul kepalanya, agar sakit dan nyeri iu berhenti. “ Hiks...sakit
oppa...sakittt... Katakan, oppa...hiks...hmmpff...ada apa denganku? Aku...aku
sakit apa, oppp...paaa...hmpff..” sekuat tenaga ha young menahan sakit yang
semakin berdenyut.
Suho mematung, tak menyangka adiknya akan bertanya
juga tentang hal itu. Suho menarik nafas dalam-dalam. “ Dokter bilang, ada
tumor ganas di otakmu, ha young~ah. Mianhae, oppa tak memberitahumu. Hiks, oppa
takut kau akan terus memikirkan penyakitmu jika aku memberitahumu. ” ha young
terpaku, tak percaya. Air matanya kembali mengalir mendengar pengakuan oppanya.
“ Hanya menunggu waktu...” suho semakin mempererat pelukannya, tidak ingin
kehilangan ha young, satu-satunya harta yang paling di sayangi dan di milikinya
di dunia.
“ Oppa,.jika benar begitu, jebal....rahasiakan ini
dari orang lain. ” ha young berusaha tersenyum, padahal hatinya menjerit. Belum
lama ia bertemu chanyeol, mengapa harus secepat ini tuhan memisahkan keduanya.
Suho mengangguk, dan mencium puncak kepala ha young, dan membiarkan ha young
tertidur dalam pelukannya.
TBC => RCL Pleasee.. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar